Bisnis Startup Lazada
“PERAN AKTIF
PERUSAHAAN STARTUP BERBASIS BISNIS MODEL KANVAS”
(Perusahaan Lazada)
“PERAN AKTIF PERUSAHAAN START UP BERBASIS BISNIS MODEL
KANVAS PADA PERUSAHAAN LAZADA”
Dr. Muljadi Thio, Steven Ananda
Abstrak
Tujuan dari penulisan
paper ini adalah untuk menganalisis mengenai system e-commerce pada situs
belanjan online terbesar di Indonesia yaitu Lazada.co.id. Analisis meliputi,
kelebihan dan kekurangan dari lazada Indonesia serta analisis SWOT pada situs
tersebut. Hasil analisis menunjukan bahwa lazada Indonesia mampu menjadi
perusahaan belanja online terbesar di Indonesia dengan berbagai kelebihan
pelayanan maupun jaminan keamanan transaksi. Namun, lazada juga masih memliki
beberapa kelemahan, diantara mengenai security system, dengan masih banyaknya
konsumen yang mengalami penipuan. Perusahaan lazada Indonesia menggunakan
strategi iovation, bargaining power of consumer dan bargaining power of
suppliers untuk menjadikan perusahaan belanja online terbesar di
Indonesia.
Kata
kunci : e-commerce, lazada.co.id
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Perkembangan
internet yang pesat memberi pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek
kehidupan, salah satunya dalam dunia bisnis. Penggunaan internet tidak hanya
terbatas pada pemanfaatan informasi yang dapat diakses melalui media internet,
melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan transaksi
perdagangan yang dikenal dengan istilah eletronic commerce atau e-commerce.
Industri e-commerce di Indonesia berkembang cukup baik. Perkembangan ecommerce
yang cukup baik tersebut tidak terlepas dari jumlah pengguna internet di
Indonesia yang meningkat tiap tahunnya. Kemenkominfo mencatat Indonesia berada
di posisi ke-8 pengguna internet terbanyak di dunia. Pada tahun 2014, pengguna
internet di Indonesia naik hingga mencapai 82 juta. Menurut riset asosiasi
e-commerce Indonesia (idEA) dan Google mengenai e-commerce, diprediksi total
nilai pasar e-commerce Indonesia mencapai angka US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94
triliun dan akan terus meningkat hingga mencapai angka US$ 24 miliar atau
setara dengan Rp 283 triliun pada tahun 2016 (www.the-marketeers.com).
Angka
tersebut membuktikan bahwa Indonesia memiliki pasar yang luas, terlihat dari
banyaknya pemain ecommerce yang berasal dari luar negeri. Tidak hanya dari luar
negeri, pemain lokalpun juga mencari peluang berbisnis lewat Internet serta
mencoba merebut pasar di negeri sendiri. Salah satu cara yang bisa dilakukan
perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan adalah dengan
memanfaatkan peranan media online sebagai salah satu alat pemasaran (www.themarketeers.com).
Diantara banyaknya layanan ecommerce yang ada di Indonesia, Salah satu yang
populer adalah toko online Lazada. Lazada Indonesia didirikan pada tahun 2012
dan merupakan salah satu cabang dari jaringan retail online Lazada di Asia
Tenggara. Lazada Asia Tenggara merupakan cabang anak perusahaan jaringan Rocket
Internet, perusahaan asal Jerman.
Sebagai pendatang baru di bisnis e-commerce Indonesia, Lazada mampu
merebut perhatian sebagian besar masyarakat internet (netizen). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Nusa Research yang berjudul “E-Commerce
Indonesia 2014 Omnibus Popular Brand Index”, Lazada merupakan situs ecommerce
terpopuler diIndonesia saat ini. Berdasarkan situs pemeringkat website
Alexa.com, Lazada saat ini menempati urutan ke-11 sebagai situs yang paling
sering dikunjungi. Peringkat tersebut menempatkan Lazada di urutan pertama
sebagai situs toko online business to consumer (B2C) yang paling sering
dikunjungi. (www.alexa.com). Indonesia sempat masuk dalam daftar negara dengan
potensi pertumbuhan industri e-commerce yang menjanjikan, namun hal itu tidak
membuat perjalanan industri e-commerce Indonesia berjalan lancar begitu saja,
bahkan sempat pula dikatakan masih banyak pelaku industri yang merugi. Menurut
situs Quartz, penyebab terjadinya dinamika tersebut adalah akses belanja online
di Indonesia masih didominasi oleh kalangan profesional. Selain itu masih
terbatasnya layanan pembayaran dan keperluan logistik. Kemudian banyaknya
pengguna Internet yang tak sejalan dengan tingkat penjualan e-commerce.
Indonesia yang dikenal sebagai negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia,
diketahuimemiliki jumlah pengakses internet yang juga cukup banyak. Namun hal
tersebut ternyata tidak berdampak cukup baik terhadap tingkat penjualan ecommerce
di Indonesia. Berdasarkan riset situs Quartz, Indonesia berada di posisi paling
akhir dari lima negara di Asia perihal peringkat estimasi penjualan e-commerce.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa minat beli secara online masyarakat Indonesia
masih rendah (www.qz.com). Sementara itu, menurut situs Quartz saat ini
konsumen Indonesia masih menyukai belanja online lewat cara “konvensional”.
Meski sudah serba online, ternyata konsumen Indonesia saat ini masih jauh lebih
menikmati belanja online dengan cara lama seperti lewat grup di BlackBerry
Messenger (BBM), classified marketplace, forum, hingga layanan jejaring sosial
seperti Facebook dan lain-lain. Semua layanan ini merupakan sistem belanja
online yang bisa mempertemukan antara penjual dan pembeli atau consumer to
consumer (www.tekno.kompas.com). Masyarakat saat ini
juga
masih menganggap berbelanja melalui internet memiliki risiko yang cukup tinggi.
Menurut survei yang dilakukan Kaspersky Lab dan B2B International, sebanyak 49%
pengguna internet di seluruh dunia merasa rentan saat berbelanja online atau
melakukan transaksi secara online.Tingkat perlindungan terhadap penipuan cyber
merupakan faktor penting bagi pengguna saat memilih toko online atau operator
jasa keuangan (teknoliputan6.com).
Berdasarkan survei Google yang berjudul "Business Insight with
Google: Pelanggan Online Indonesia", diketahui bahwa faktor keamanan
menjadi hambatan terbesar bagi masyarakat untuk membeli barang secara online.
Konsumen khawatir akan kualitas barang yang dijual dan keamanan akan data
pribadinya. Sedangkan menurut penelitian The Nielsen Global Survey of
E-Commerce, keamanan kartu kredit tetap menjadi kekhawatiran utama. Konsumen
digital Indonesia sangat berhati-hati jika harus memberikan informasi mengenai
kartu kredit mereka secara online. Enam dari sepuluh konsumen mengatakan bahwa
mereka tidak bersedia memberikan informasi kartu kredit mereka secara
online. Berbagai kekhawatiran diatas
merupakan persepsi risiko yang menjadi penghalang potensial dalam melakukan
pembelian online. Kim et al., (2007: 546) mendefinisikan persepsi risiko
sebagai keyakinan konsumen tentang potensi hasil negatif tidak pasti dari
transaksi online. Persepsi risiko dapat mempengaruhi minat beli seseorang
melalui internet. Dengan berbagai alasan tersebut, perlu adanya sebuah review
dan analisis mengenai system e-commerce pada situs belanja online lazada.co.id.
analisis meliputi, kelebihan, kelemahan, dan analisis SWOT terhadap perusahaan
online lazada.co.id.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Business Model Canvas ?
2. Bagaimana kerangka Business Model Canvas?
3. Bagaimana Business Model Canvas pada
“Perusahaan Lazada” ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari Business
Model Canvas.
2. Untuk mengetahui kerangka Business Model
Canvas.
3. Untuk mengetahui Business Model Canvas pada”
Perusahaan Lazada”.
A.
PEMBAHASAN
2.1.
Business Model Canvas
Model Canvas merupakan
visualisasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder
berdasarkan teori terdahulunya yaitu Business Model Ontology. Business Model
Ontology merupakan merupakan model bisnis yang disusun dalam bentuk ontologi
yang memungkinkan untuk menggambarkan model bisnis dari suatu perusahaan secara
bertahap (Osterwalder 2004). Business Model Canvas dipilih dalam penelitian ini
karena berupa canvas model sehingga lebih sederhana dan mudah digunakan
dibandingkan dengan ontologi.
Secara singkat,
Business Model Canvas merupakan bagan visual yang digunakan untuk menggambarkan
nilai proposisi, perusahaan, pelanggan, dan keuangan dari suatu perusahaan atau
produk. Business Model Canvas memungkinkan bisnis model menjadi sederhana,
relevan dan intuitif dimengerti, sementara tidak menyederhanakan kompleksitas
fungsi perusahaan (Osterwalder & Pigneur 2010).
BMC juga merupakan
kabar gembira untuk para pelaku usaha Online Shop yang mungkin sudah
menjalankan usahanya, atau bahkan baru saja akan memulai usaha di dunia Online.
seperti kita ketahui, memiliki bisnis online bukan berarti kita bisa menjual
produk atau jasa kita secara online dengan begitu mudah. diperlukan trik dan
strategi khusus yang harus dilakukan agar penjualan meningkat. beberapa
pebisnis online yang sebelumnya menggunakan metode bisnis lama, hanya berfikir
bahwa Online Shop yang penting adalah mendapat Visitor tertarget sebanyak
mungkin dan mencari supplier barang semurah mungkin, lalu memperbesar penjualan
agar mendapatkan laba yang maksimal. namun, ternyata setelah dipetakan pada
bisnis model kanvas, online shop tidak bisa begitu saja. metode ini cocok untuk
bisnis Online.
Tampilan
halaman Business Model Canvas (BMC)
2.2.
Kerangka Business Model Canvas
Business Model Canvas
dibagi menjadi sembilan faktor bagian, yaitu:
1. Customer segments
Bagian ini akan
menjelaskan siapa pelanggan potensial dari produk Anda. Bisa juga berisi profil
orang yang memiliki masalah yang akan dipecahkan oleh bisnis Anda. Untuk model
bisnis ecommerce yang berkembang sekarang ini, customer segment mencakup si
penjual barang dan pembeli. Untuk lebih jelas mengenali siapa segmentasi
pelanggan Anda, ada baiknya juga mempelajari apa itu buyer persona.
2. Value Propositions
Blok ini berisi tentang
nilai tambah yang akan membuat bisnis Anda terlihat menarik dan berbeda dengan
bisnis lainnya. Biasanya berupa solusi atau inovasi yang Anda tawarkan dan
menjadi keunggulan utama perusahaan. Yang paling penting adalah kenyamanan,
kepercayaan dan kemudahan belanja.
3. Channel
Sederhananya, channel
adalah media yang bisnis Anda gunakan untuk men-deliver solusi yang kamu
tawarkan untuk sampai ke konsumen. Channel ini bisa berupa website, online
advertisement, aplikasi, media sosial bahkan seorang sales person.
4. Customer
Relationships
Jika channel lebih
banyak menjangkau orang yang belum tahu produk Anda, maka customer relationship
adalah kebalikannya. Kamu harus tahu bagaimana cara bisnis Anda bisa terus keep
in touch dengan para pelanggan. Bentuknya pun bisa sangat beragam, mulai dari
newsletter, layanan after sales, cross selling, dan fast respon.
5. Revenue Streams
Pada kedua blok bagian
bawah (cost & revenue), kamu perlu menjabarkan strukesptur finansial dari
perusahaan. Di bagian revenue, tentu yang perlu kamu tuliskan adalah
produk/jasa apa saja yang dapat memberikan pemasukan.Arus pendapatan adalah hal
terpenting di dalam sebuah bisnis apalagi bagi UKM yang orientasinya adalah
harus laku saat ini, atau hidup mati (Riyeke – Founder Ipaymu). Maka dari itu,
untuk membuat sebuah bisnis online/toko online, tentukan revenue streams dengan
baik dan jelas, dalam hal ini kamu bisa melihat dan juga menambahkan list
kriteria dalam memilih bisnis online mu.
6. Key Activities
Blok ini adalah bagian
yang menjelaskan bagaimana kamu bisa menciptakan value preposition perusahaan.
Jika bisnis kamu adalah product-based, maka inovasi teknologi dalam proses
pembuatan produk bisa menjadi key activities.
7. Key Resources
Sumber daya utama, key
resources merupakan kolom yang akan menjelaskan asset strategis perusahaan.
Aset ini bisa berupa bahan baku produk, infrastruktur yang dibutuhkan dan
semacamnya dan bisa berbentuk manusia (karyawan), financial (keuangan) dan
fisik (gedung, meja, dll).
8. Key Partnerships
Tidak ada bisnis besar
yang berjalan sendiri, dalam menjalankan sebuah aktivitas bisnis, tentu kita
membutuhkan mitra. Disinilah tempat kita memasukkan mitra strategis yang kita
miliki. Dalam konteks bisnis, mitra bisa berupa supplier, vendor, agensi, dan sejenisnya.
9. Cost Structure
Pada bagian terakhir
ini, kita harus menentukan biaya apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan
keseluruhan aktivitas bisnis. Untuk mempermudah,struktur biaya dapat diisi
berdasarkan isian pada kolom key activities, key resources, dan channel.
2.3.
Kanvas Model Bisnis Perusahaan Lazada
B.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisa, dapat disimpulkan mengenai situs belanja online Lazada Indonesia
sebagai berikut :
1.
Perusahaan lazada Indonesia menjadi perusahan e-commerce terbesar di Indonesia
dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya.
2.
Perusahaan lazada Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan dari segi
security system, yang masih rentan terhdap penipuan online
3.
Persahaan lazada Indonesia, menggunakan strategi inovasi, bargaining power of
consumer dan bargaining power of suppliers untuk mengembangkan perusahaahn
tersebut di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
2012. “mengulik sejarah lazada Indonesi.” Tersedia
di http://blog.lazada.co.id/ Diakses pada tanggal 15 Mei 2016.
2016. “ asosiasi e-commerce Idonesia.” Tersedia di
www.themarketers.com. Diakses pada 15
Mei 2016.
2016. “peringkat situs belanja online di Indonesia.”
Tersedia di www.alexa.com. Diakses pada 15 Mei 2016
James A.
O’brien and George M. Marakas. 2010. Introduction to Information System. Mc
Graw-Hill Irwin companies.
Kim, D. J., Ferrin, D. L., & Rao, H. R. (2007).
“A Trust-based consumer Decision Making Model in Electronic Commerce: The Role
of Trust, Perceived Risk, and Their Antecedents”. Proceedings of Ninth
Americas Conference on Information
Systems.pp157-167.



Comments
Post a Comment